Translate

Senin, 10 September 2012

Ini Alasan ku

terjadi lagi
seperti dulu terjadi lagi
tak pernah kau tanyakan alasan itu
aku tahu kita sedang bahagia..... terlena.... dan tanpa pegangan
nafsu kita keturutan dan gila
itulah bahagia kita

kau tahu
tapi tak kau hentikan
karena kau bilang terlalu mencintai ku
jika kau sangat yakin untuk mencintai ku
lalu mengapa kau menjerumuskan ku ?
memasukkan ku kedalam lembah hitam terlarang
mengoyak hidup ku denga janji cinta mu
mengapa kau lakukan itu ?
apakah ini yang kaku maksud dengan cinta ?

aku begitu mencintai mu
ya, memang salah ku menjadikan diri ku buta untuk mu
menggantungkan semua pada mu
takut kehilangan mu
betapa besar cinta ini
dan seolah cinta..... segalanya adalah kamu

berulang kali ku renungkan tentang kebiadapan cinta ini
kau ingin bukti cinta.... lagi, lagi dan lagi

entah lah dari mana kekuatan ini
mungkin Tuhan telah masuk lagi ke relung terdalam ku

aku mencoba menjauhimu
tak menghubungi mu
mencoba tak bergantung pada mu
dan kau......
terus menerus bertanya
mengapa aku lakukan ini pada mu yang mencintai ku.

sayang..... matahari ku.... aku melakukan semua ini karena aku pun terlalu mencintai mu.
aku tak ingin melukai mu dengan cinta dan tubuh ku
aku begitu mengenal mu.

namun hati mu yang lemah itu tak pernah mampu menerima alasan ku
akal mu tak sudi mendengar pinta ku
kau mengatakan
bagaimana bisa diriku mencintai mu sedangkan diriku meninggalkan mu

kau marah
merasa keputusan ini tak adil
mungkin kau pun menangis
dan kau terus berkata buruk pada ku

tahu kah kamu
aku pun begitu terluka
segalanya adalah milik mu
semua rahasia ku adalah milik mu

aku hanya bisa mengatakan
aku mencintai mu dan yakin kau akan bersama lagi dengan ku
kau akan kembali berkata lembut dan manja menggoda ku
kau akan menjadi kehangatan ku lagi

tapi seiring waktu
kau tetap tak mampu menerima kenyataan ini
kau masih marah dan terluka
dan waktu berkata lain
diputaran waktu ini
kau bertemu dengan dia, dia, dia, dia dan ...... dia

tiba-tiba kau mulai menduakan aku yang meninggalkan mu karena mencintai mu
hingga detik ini pun
kau belum juga dapat memahami alasan termurni ku mencintaimu

kau selalu dengannya
membanggakannya
menjaganya
dan seolah mengatakan kau bahagia dengannya
tanpa aku

aku mengatakan ingin kembali pada mu
tapi kini kau anggap aku masa lalu yang harus dilupakan dan dibuang

betapa terluka hati ku
saat sadar habis manis sepah dibuang
sendirian ku menangis dan menyimpan banyak luka
karena aku terlalu mencintai mu

lihatlah
lihatlah lebih dalam
lihat lah hati ini yang selalu ku jaga untuk mu

mungkin hanya Tuhan lah yang tahu
dan karena Dialah aku mencintaimu
itu adalah alasan mengapa aku meninggalkan mu.

"" aku cinta mati pada mu, tak kan sanggup aku tanpa mu.
bahagia mu itu bahagia ku dan setiap air mata mu itulah juga kesedihan ku
aku cinta mati pada mu
jangan pernah meragukan ku
terlalu dalam cinta ku ini, mungkinnaku bisa mati bila harus kehilangan diri mu
bukan untuk sembarang hati aku katakan ini
sungguh aku cinta kamu
bukan untuk sembarang hati
hingga nafas berhenti
aku rela berlelah untuk mu"""












maafkan aku matahari ku
untuk alasan yang tak bisa kau mengerti ini.
syawal ke 23 tahun 1433 Hijriah
tepat 10 Semtember 2012
disudut hening pentafakuran ku.....



Seperti Kaktus

Ya, Kaktus. tiba-tiba nama bunga itu muncul dibenak ku.
bukan mawar, bukan anggrek pun bukan sakura. Dia Kaktus.

Entahlah mengapa tiba-tiba aku menyadari keindahan kaktus, aku menyadari untuk dapat hidup seperti Kaktus.

Kaktus yang sederhana tapi menawan. Dia jarang dikerumuni orang seperti Mawar, dia sering dilihat dengan picingan mata. tapi dia tetap kaktus.

Seperti Kaktus, dia sendirian, tapi bukan berarti tidak butuh teman. Dia butuh teman tapi dia lebih suka memberi dari pada diberi. di tengah terik gurun, dia bertahan. Ya seperti susahnya dunia ini. Tapi dia bertahan, terus berjuang untuk hidup, bahkan tak jarang dia relakan dirinya untuk menyambung hidup orang lain, dia relakan air yang dia kumpulkan diambil oleh orang lain. Dia seperti emas di padang pasir. Saat haus dahaga, emas tak lagi dibutuhkan, ya hanya Kaktus yang dapat menjadi emas sebagai penyambung hidup.

Kaktus indah. Meski orang hanya sebelah mata memandang mu, meski tak seindah bunga lainnya. kau tetap indah untuk ku.
Memang tidak sempurna. tapi bukan berarti tidak indah kan. Mulia. kau hanya akan mati setelah membahagiakan semua orang dengan bunga mu. ya setelah kuncup bunga mu merekah indah kau pun akan rela mati. dan orang-orang pun akan melirik pada mu.

Hanya Kaktus. mungkin

banyak orang yang membenci mu karena kau memiliki duri di seluruh tubuh mu. tapi itulah sebagian keistimewaan mu. memang tak ada yang sempurna. lalu haruskah kau mencabuti setiap durimu hanya untuk dikatakan indah ?
Tidak. kau tak perlu jadi orang lain. Biarlah duri itu tetap menjadi mahkota mu, ketika satu duri mereka cabut dari tubuh mu, rasa sesak tiba-tiba datang merasuki mu. karena sungguh mereka tidak tahu, meski menyakitkan duri itu tetap harus ada di tubuh mu. kau hanya akan bernafas dengan duri itu.
lalu mereka hanya memandang sisi buruk mu dan menyimpulkan kau buruk dan tak pantas didekati. ya mereka mengatakan itu karena mereka buta. karena memeka terlalu mengejar kesempurnaan.
bukankah kau terlalu kuat untuk cibiran seperti itu ? bertahanlah.

Kaktus itu, indah meski berduri. Duri itu adalah penghalang antara dia dan tangan-tangan kotor yang ngin merenggutnya. Karena tak mudah air dalam tubuh mu kau berikan pada orang asing. Tidak. Tidak semudah itu.
dengan duri itu. kau dikatakan buruk dan jahat, karena sesungguhnya mereka tidak tahu, betapa keindahan itu ada di bagian dalam setelah duri.
Kaktus, teruslah tegar, meski sendirian, meski tanpa perhatian kau tetap akan berdiri. karena tidak akan ada yang memperhatikanmu, berjuang sendiri bahkan harus rela kau serahkan segala air milik mu, segala kepunyaan mu untuk dinikmati orang lain, biar lah duri itu menjadi penghalang mu dengan kebiadapan dunia.
terus lah tegar diantara teriknya hidup ini........

Hey Kaktus.... Ya seperti kaktus......




Minggu, 02 September 2012

Embun senja 3

Emmmm tambah seneng nulis ni.... Yuuk ikuti perjalan Za dan Re dalam menemukan jati diri.

"Assalamu alaykum"

"Wa'alaykumusalam warohmatulloh .Naah akhir nya datang juga antum. Kayfa khaluk akhy ?"

" Bi khoirin wal hamdulillah, wa kayfa khaluka anta ?"

"Alhamdulillah, oya ini buku catatan antum. Afwan kemarin ketinggalan terus buku catatan kajiannya"

"Laa ba'tsa Akh, sante aja. Hari ini Ustad Abdul Haq ya. Alhamdulillah bawa kitab nya g salah."

"Na'am. Yuk disimak kajiannya, udah mulai"

......

"Wa ba'du. Sesungguhnya para sahabat lebih suka menyentuh bara api yang panas dari pada mereka menyetuh wnita yang tidak halal baginya. seperti dalam Shahihain
'Andaikata seorang laki laki kepalanya ditusuk dengan jarum dari besi, maka hal itu lebih baik untuknya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya'.
Perhatian perbuatan para shahabat ini. Betapa takutnya mereka terhadap wanita karena Alloh. Sediam apapun wanita, dia akan menjadi fitnah bagi lelaki. bahkan para shabat lebih memelih untuk menyentuh bara api yang panas dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal bagi mereka. Subhanalloh"

Deg. Menyentuh wanita yang tidak halal ??. Konsentasi Za melayang. Tidak fokus. Ingatannya tertuju pada Re. Apakah Re juga sedang mendengarkan kajian ini?. Za kembali tenggelam dalam kegalauan. Dia kembali teringat ucapan Zah, namun belum juga menggerakkan dan menembus dasar jiwa Za. Semburat wajah Za menegang. Takut jika sesuatu yang disembunyikannya diketahui oleh Iqbal yang sedang tenggelam dalam nikmatnya taklim hari ini, atau bahkan orang-orang yang lain. Tiga tahun disimpan dengan rapi dan tidak ada yang mengetahui. Tapi Alloh. Zaa menggeryitkan dahi. Kini pikirannya melayang pada kata ustad.

"Astagfirulloh. Benar. Aku munafik".

<<Greeeek greeeekk greeek>>
<< Assalamualaykum Akhy, Afwan de tidak bisa pulang bareng ya, De diajak bareng ma temen, goo tho? Nanti hati2 ya ngendarai motornya. :) >>

*****************************

Lembayung sore tampak keperakan. Langit timur perlahan mulai gelap. Bulan malu-malu menampakkan aura pesonanya. Magrib telah sedari tadi memasuki waktu.
Zah masih duduk bersila di atas sajah. Muroja'ah hafalan Al Quran. Hingga beberapa saat kedepan direbahkan tubuh Zah di atas sofa panjang dan lirih terdengar senandung alQuran. Sembari sedikit menggerakkan mata, dilirik Za yang sedari tadi sudah tenggelam diantara buku-buku Kimia.

"Tadi kajiannya tentang apa ?. "

Za hanya nyengir.

" Ma ustad Abdul Haq To ? Bolos terus g kepenak juga e, tapi pengen taklim juga."

Za kembali tenggelam dalam bukunya. Meski begitu jelas tidak ada yang masuk dalam otak Za. Za melarikan fokus pandangannya. Kini pada Zah, yang sedang tiduran di sofa pinggir kamar.

"Aku tidak tegas Zah".
"Ada apa e "
"Tentang bagaimana aku menjalani hidup ini. Aku merasa tidak tenang."
"Muhasabahlah, Hingga cinta Nya benar-benar akan menjalari setiap hembusan nafasmu. Dia lah yang akan menyemaikan jiwa mu."

Za mencoba mencari sesuatu dalam kalimat Zah.

"Ketika semua menjauhimu, ingatlah bahwa Alloh akan terus ada untuk mu. Kau takut kehilangan Za".


*************
<< Tuuuut.... tiiiit >>
Re telepon. Tumben.

"Assalamualaykum. Ada apa de?. Tumben telepon hehehhe ?"
"Wa'alaykumusalam Akh, hehehhe. Bisa ketemu nggak?. nanti jam sepuluh di depan perpus ?"
"Adek kangen ya? OK Insyaalloh Mz bisa. Tapi agak telat dikit nggak papa ya?"
"Iya, Re tunggu disana ya. Assalamualaykum."
"Wa'alaykumusalam".

Re buru-buru menutup telepon. Sepertinya ada hal oenting yang ingin dibicarakan.

***

Jam sepuluh. Re duduk di kursi bundar dari tanah liat yang sengaja ditata di taman depan perpustakaan. Tidak beberapa lama Za muncul.

"Assalamualaykum. Afwan telat. Sudah lama ya De ?"
"Wa'alaykumusalam"

Re tersenyum..
Ada satu kebangggaan dalm diri Za. Melihat senyum salah satu orang yang dia sayangi. senyum Re memang penuh makna. Dia senang sekali mengatakan dengan senyuman. Saat capek pun saat ditanya akan dijawab dengan senyuman.

"Ada apa de, Kayaknya penting banget. Ada masalah ?"

Re diam. Tertunduk, tapi terlihat sedang mencari sesuatu dalam pikirannya. Dimana dia harrus memulai.

"De kenapa diam ? Katanya ada yang mau dibicarakan?"

"Mz Faza, Re tidak bisa seperti ini terus. Re tidak bisa selalu mendustai hati Re. Re juga tidak mau kehilangan Mz Faza Tapi Re juga nggak mau Allloh senantiasa muram menyaksikan tingkah Re, tingkah kita mz....."

"De, ada pa ? ada yang salah dengan mz ?"

"Bukan Mz. Re sudah memendam rasa ini dan ingin sekali menata hati Re. Tapi Re takut, takut kehilangan mz, takut mz jauhi Re, takut mz tidak mencintai Re lagi dan takut mz akan benci Re. Kemarin Re membicarakan tentang kita pada teman Re, namanya Khansa' dan Khansa' telah membangtu Re menata hati hingga hari ini Re memiliki keberani untuk mengatakan hal ini pada mz Faza. Kita harus meninggalkan segala hal yang condong pada kemaksiatan mz. Dan mz tentu tahu kan, fitnah terbesar di duni ini adalah wanita. Re wanita mz. Re takut Re akan menjadi fitnah untuk mz bhakan menjerumuskan mz. Re takut tidak bisa bertanggung jawab saaat Alloh meminta pertanggungjawaban Re"

Kegetiran kini meradang dalam serat-serat halus hati Za. Tidak terpikirkan, Re yang dia bimbing, yang dia kenalkan pada kajian, ternyata lebih mempunya ketegasan behkan keistiqomahan serta berani mengambil keputusan.

"Mz tahu Re kan. Re yakin mz mengerti sekali dengan hati Re. Harusnya Alloh lebih berhak untuk lebih kita cintai dan harusnya Rre lebih takut jika Alloh meninggalkan dan menjauhi Re. Mz maafin Re. Re sayang mz. Tapi Re tidak bisa terus terusan melakukan hal yang Alloh benci. Re ingin mengakhiri satu kemunafukan ini. Re ingin mendapat kesempurnaan iman dan islam mz. Mz nggak marah kan? Mz mengerti Re kan?

Menangis.
Ya Alloh Za gemetar. Ia lupa semuanya, pada kuliah, pada buku, pada Re juga lupa pada dirinya. Tapi ia inget sesuatu. Bertaubat. Berharap cahaya benderang hidayahNya sepenuhnya menaungi jiwanya. Tak terbayangkan betapa sebenarnya Re telah mnedahuluinya. Mendahului dalam meraih ridho dan cinta dari Sang Pemilik Cinta.

****

Malam ini Za menangis. Bukan karena Re. Tapi karena betapa Alloh mencintainya dan mengingatkan lalai jiwa dalam naungan nafsunya selama ini. Za membasahi wajahnya dengan air wudlu lalu bersimpuh merendahkan tubuh. Ia tergerak unutk kembali padaNya. Mencoba menggapai kembali cintanya. Adakah embun diwaktu senja sebagai titik cinta dan ridhoNya, yang akan menyemaikan keringnya desiran nafas jiwa ??
Atau kaha semua sudah terlambat?.

Tidak. Akan selalu ada embun meski dalam senja. Embun itu ada lam hati tiap manusia yangmerasakan tetesan sejuk dalam jiwanya.





alhamdulillah. Finally. this is my first Cerpen hehehhe. Entahlah gimana nilainya, yang penting aku bisa nulis heheheh. Ayo belajar lagi, lagi dan lagi.


Sabtu, 01 September 2012

embun senja 2

Assalamualaykum dunia.
Embun menitik dari ujung dedaunan hingga kembali lagi ke tanah. Basah dan terlihat hikau ketika embun datang mengaliri semua yang telah menggersang.

Za, telah lebih dahulu bertolak dari kamar kost. Kuliah pagi dan jadwal rutin harian. Jam enam kurang harus sudah stand by di depan gang rumah Re. Atau mentari pagi ini akan meredup kendati sang belahan hati tak jua mengeluarkan kata-kata dari bibir merahnya.

Dulu saat SMA, di saat cinta Za dan Re ranum merekah, pernah suatu ketika Zaa terlambat menjemput Re,bahkan lewat batas toleransi. Bukan karena manja atau malas untuk naik angkot. Backstreet. Itu lah keadaan cinta mereka. Bahkan Lila dan Zara, sahabat dekat Re pun tak mengetahuinya.

Dari jauh di ujung jalan, Za melihat sosok yang begitu dikenalnya. Sososk gadis tinggi semampai dengan rambut panjang terurai rapi. Subhanalloh..... Jika dia artis, Asmirandah kalah deh.

Pagi itu, tujuh kurang lima belas menit. Pantas Re tak berucap sepatah kata pun hanya jawaban salam yang terdengar lalu...... sepi. Re sudah berada diatas singgasananya. melaju dalam diam diatas motor Za dengan keadaan pagi yang semakin ramai dengan lalu lintas dan kegaduhan. Ya, Za telat dan Re tak bisa memendam kecewa yang mendera hati nya.
Sepuluh menit berlalu. Gerbang sekolah sudah terlihat. Kebingunggan terjadi. Dimana Re akan turun dari motor. Akhirnya Re turun beberapa meter didepan sekolah di gang sepi agar tidak kepergok berangkat berdua dengan Za oleh teman-teman mereka. Malu. telat pun telah neletup menjadi masalah besar dan kian merambat dengan tangis, slah paham, suudzon sampai diem-dieman. Hingga akhirnya setelah jam istirahat kedua, Za menitipkan sebuah buku kepada Lila untuk Re. Sepucuk surat sakura. senyum mengembang di bibir Re setalh membaca lirik dalam surat itu. Plong. Za pun bahagia karena untaian kata permintaan maaf nya berhasil membuat Re tersenyum untuknya lagi.

"Assalamualaykum, Paagi De, Sudah lama nunggunya ?"

Re tersenyum. Terlihat satu hal berbeda. Sososk cantik itu lebih dari indah hari ini. Jilbab Re terlihat lebih lebar dari sebelumnya. Bukan lagi jilbab musim panas ataupun jilbab gaul yang instan. Hmmm mungkin karena banyak ikut kajian dikampus.

"Wa'alaykumusalam, nggak akhy. Re juga baru sampe kok".

Aneh. Ada keteduhan diwajah Re. Jadi semkin enak dipandang deh.

"Yuuk berangkat. Keburu banyak orang lho De".

Re mengangguk dan langsung duduk di jok motor Za. Tak lupa slayer kembar warna hitam menutupi wajah keduanya. Namun sedari tadi ada saja keanehan yang terjadi. Re tak lagi mencium kedua tangan Za dan tangan Re berpegangan di jok motor ditambah ransel yang menghalangi keduanya.

"Antum nggak capek ?".

Kalimat Re terdengar janggal.

"Maksudnya apa De ?"
"Selama tiga tahun kita tu kucing-kucingna ma semua orang....... Kita pendusta dan munafik Akh...".
"De...".

Ada sesuatu yang tertahan. Za kembali memasuki gemuruh dunia keraguan. Bingung. Tiba-tiba ada segumpal sesak yang menyumbat nafas. Ya, ada kemelut yang sama dalam hati Re. Berkembang dan terus menjalar.

Motor Za berjalan sedang. Menyusuri jalan Sudirman hingga Gejayan. Jogja memang kota yang tidak pernah tidur. Jalanan yang begitu ramai dan aktifitas yang tiada henti.
Lain halnya dengan Za dan Re. Mereka dalam kebisuan. Berfikir. Dan, entah kemana mereka kembarakan galau hati.

..................