Translate

Minggu, 02 September 2012

Embun senja 3

Emmmm tambah seneng nulis ni.... Yuuk ikuti perjalan Za dan Re dalam menemukan jati diri.

"Assalamu alaykum"

"Wa'alaykumusalam warohmatulloh .Naah akhir nya datang juga antum. Kayfa khaluk akhy ?"

" Bi khoirin wal hamdulillah, wa kayfa khaluka anta ?"

"Alhamdulillah, oya ini buku catatan antum. Afwan kemarin ketinggalan terus buku catatan kajiannya"

"Laa ba'tsa Akh, sante aja. Hari ini Ustad Abdul Haq ya. Alhamdulillah bawa kitab nya g salah."

"Na'am. Yuk disimak kajiannya, udah mulai"

......

"Wa ba'du. Sesungguhnya para sahabat lebih suka menyentuh bara api yang panas dari pada mereka menyetuh wnita yang tidak halal baginya. seperti dalam Shahihain
'Andaikata seorang laki laki kepalanya ditusuk dengan jarum dari besi, maka hal itu lebih baik untuknya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya'.
Perhatian perbuatan para shahabat ini. Betapa takutnya mereka terhadap wanita karena Alloh. Sediam apapun wanita, dia akan menjadi fitnah bagi lelaki. bahkan para shabat lebih memelih untuk menyentuh bara api yang panas dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal bagi mereka. Subhanalloh"

Deg. Menyentuh wanita yang tidak halal ??. Konsentasi Za melayang. Tidak fokus. Ingatannya tertuju pada Re. Apakah Re juga sedang mendengarkan kajian ini?. Za kembali tenggelam dalam kegalauan. Dia kembali teringat ucapan Zah, namun belum juga menggerakkan dan menembus dasar jiwa Za. Semburat wajah Za menegang. Takut jika sesuatu yang disembunyikannya diketahui oleh Iqbal yang sedang tenggelam dalam nikmatnya taklim hari ini, atau bahkan orang-orang yang lain. Tiga tahun disimpan dengan rapi dan tidak ada yang mengetahui. Tapi Alloh. Zaa menggeryitkan dahi. Kini pikirannya melayang pada kata ustad.

"Astagfirulloh. Benar. Aku munafik".

<<Greeeek greeeekk greeek>>
<< Assalamualaykum Akhy, Afwan de tidak bisa pulang bareng ya, De diajak bareng ma temen, goo tho? Nanti hati2 ya ngendarai motornya. :) >>

*****************************

Lembayung sore tampak keperakan. Langit timur perlahan mulai gelap. Bulan malu-malu menampakkan aura pesonanya. Magrib telah sedari tadi memasuki waktu.
Zah masih duduk bersila di atas sajah. Muroja'ah hafalan Al Quran. Hingga beberapa saat kedepan direbahkan tubuh Zah di atas sofa panjang dan lirih terdengar senandung alQuran. Sembari sedikit menggerakkan mata, dilirik Za yang sedari tadi sudah tenggelam diantara buku-buku Kimia.

"Tadi kajiannya tentang apa ?. "

Za hanya nyengir.

" Ma ustad Abdul Haq To ? Bolos terus g kepenak juga e, tapi pengen taklim juga."

Za kembali tenggelam dalam bukunya. Meski begitu jelas tidak ada yang masuk dalam otak Za. Za melarikan fokus pandangannya. Kini pada Zah, yang sedang tiduran di sofa pinggir kamar.

"Aku tidak tegas Zah".
"Ada apa e "
"Tentang bagaimana aku menjalani hidup ini. Aku merasa tidak tenang."
"Muhasabahlah, Hingga cinta Nya benar-benar akan menjalari setiap hembusan nafasmu. Dia lah yang akan menyemaikan jiwa mu."

Za mencoba mencari sesuatu dalam kalimat Zah.

"Ketika semua menjauhimu, ingatlah bahwa Alloh akan terus ada untuk mu. Kau takut kehilangan Za".


*************
<< Tuuuut.... tiiiit >>
Re telepon. Tumben.

"Assalamualaykum. Ada apa de?. Tumben telepon hehehhe ?"
"Wa'alaykumusalam Akh, hehehhe. Bisa ketemu nggak?. nanti jam sepuluh di depan perpus ?"
"Adek kangen ya? OK Insyaalloh Mz bisa. Tapi agak telat dikit nggak papa ya?"
"Iya, Re tunggu disana ya. Assalamualaykum."
"Wa'alaykumusalam".

Re buru-buru menutup telepon. Sepertinya ada hal oenting yang ingin dibicarakan.

***

Jam sepuluh. Re duduk di kursi bundar dari tanah liat yang sengaja ditata di taman depan perpustakaan. Tidak beberapa lama Za muncul.

"Assalamualaykum. Afwan telat. Sudah lama ya De ?"
"Wa'alaykumusalam"

Re tersenyum..
Ada satu kebangggaan dalm diri Za. Melihat senyum salah satu orang yang dia sayangi. senyum Re memang penuh makna. Dia senang sekali mengatakan dengan senyuman. Saat capek pun saat ditanya akan dijawab dengan senyuman.

"Ada apa de, Kayaknya penting banget. Ada masalah ?"

Re diam. Tertunduk, tapi terlihat sedang mencari sesuatu dalam pikirannya. Dimana dia harrus memulai.

"De kenapa diam ? Katanya ada yang mau dibicarakan?"

"Mz Faza, Re tidak bisa seperti ini terus. Re tidak bisa selalu mendustai hati Re. Re juga tidak mau kehilangan Mz Faza Tapi Re juga nggak mau Allloh senantiasa muram menyaksikan tingkah Re, tingkah kita mz....."

"De, ada pa ? ada yang salah dengan mz ?"

"Bukan Mz. Re sudah memendam rasa ini dan ingin sekali menata hati Re. Tapi Re takut, takut kehilangan mz, takut mz jauhi Re, takut mz tidak mencintai Re lagi dan takut mz akan benci Re. Kemarin Re membicarakan tentang kita pada teman Re, namanya Khansa' dan Khansa' telah membangtu Re menata hati hingga hari ini Re memiliki keberani untuk mengatakan hal ini pada mz Faza. Kita harus meninggalkan segala hal yang condong pada kemaksiatan mz. Dan mz tentu tahu kan, fitnah terbesar di duni ini adalah wanita. Re wanita mz. Re takut Re akan menjadi fitnah untuk mz bhakan menjerumuskan mz. Re takut tidak bisa bertanggung jawab saaat Alloh meminta pertanggungjawaban Re"

Kegetiran kini meradang dalam serat-serat halus hati Za. Tidak terpikirkan, Re yang dia bimbing, yang dia kenalkan pada kajian, ternyata lebih mempunya ketegasan behkan keistiqomahan serta berani mengambil keputusan.

"Mz tahu Re kan. Re yakin mz mengerti sekali dengan hati Re. Harusnya Alloh lebih berhak untuk lebih kita cintai dan harusnya Rre lebih takut jika Alloh meninggalkan dan menjauhi Re. Mz maafin Re. Re sayang mz. Tapi Re tidak bisa terus terusan melakukan hal yang Alloh benci. Re ingin mengakhiri satu kemunafukan ini. Re ingin mendapat kesempurnaan iman dan islam mz. Mz nggak marah kan? Mz mengerti Re kan?

Menangis.
Ya Alloh Za gemetar. Ia lupa semuanya, pada kuliah, pada buku, pada Re juga lupa pada dirinya. Tapi ia inget sesuatu. Bertaubat. Berharap cahaya benderang hidayahNya sepenuhnya menaungi jiwanya. Tak terbayangkan betapa sebenarnya Re telah mnedahuluinya. Mendahului dalam meraih ridho dan cinta dari Sang Pemilik Cinta.

****

Malam ini Za menangis. Bukan karena Re. Tapi karena betapa Alloh mencintainya dan mengingatkan lalai jiwa dalam naungan nafsunya selama ini. Za membasahi wajahnya dengan air wudlu lalu bersimpuh merendahkan tubuh. Ia tergerak unutk kembali padaNya. Mencoba menggapai kembali cintanya. Adakah embun diwaktu senja sebagai titik cinta dan ridhoNya, yang akan menyemaikan keringnya desiran nafas jiwa ??
Atau kaha semua sudah terlambat?.

Tidak. Akan selalu ada embun meski dalam senja. Embun itu ada lam hati tiap manusia yangmerasakan tetesan sejuk dalam jiwanya.





alhamdulillah. Finally. this is my first Cerpen hehehhe. Entahlah gimana nilainya, yang penting aku bisa nulis heheheh. Ayo belajar lagi, lagi dan lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar