Translate

Sabtu, 01 September 2012

embun senja 2

Assalamualaykum dunia.
Embun menitik dari ujung dedaunan hingga kembali lagi ke tanah. Basah dan terlihat hikau ketika embun datang mengaliri semua yang telah menggersang.

Za, telah lebih dahulu bertolak dari kamar kost. Kuliah pagi dan jadwal rutin harian. Jam enam kurang harus sudah stand by di depan gang rumah Re. Atau mentari pagi ini akan meredup kendati sang belahan hati tak jua mengeluarkan kata-kata dari bibir merahnya.

Dulu saat SMA, di saat cinta Za dan Re ranum merekah, pernah suatu ketika Zaa terlambat menjemput Re,bahkan lewat batas toleransi. Bukan karena manja atau malas untuk naik angkot. Backstreet. Itu lah keadaan cinta mereka. Bahkan Lila dan Zara, sahabat dekat Re pun tak mengetahuinya.

Dari jauh di ujung jalan, Za melihat sosok yang begitu dikenalnya. Sososk gadis tinggi semampai dengan rambut panjang terurai rapi. Subhanalloh..... Jika dia artis, Asmirandah kalah deh.

Pagi itu, tujuh kurang lima belas menit. Pantas Re tak berucap sepatah kata pun hanya jawaban salam yang terdengar lalu...... sepi. Re sudah berada diatas singgasananya. melaju dalam diam diatas motor Za dengan keadaan pagi yang semakin ramai dengan lalu lintas dan kegaduhan. Ya, Za telat dan Re tak bisa memendam kecewa yang mendera hati nya.
Sepuluh menit berlalu. Gerbang sekolah sudah terlihat. Kebingunggan terjadi. Dimana Re akan turun dari motor. Akhirnya Re turun beberapa meter didepan sekolah di gang sepi agar tidak kepergok berangkat berdua dengan Za oleh teman-teman mereka. Malu. telat pun telah neletup menjadi masalah besar dan kian merambat dengan tangis, slah paham, suudzon sampai diem-dieman. Hingga akhirnya setelah jam istirahat kedua, Za menitipkan sebuah buku kepada Lila untuk Re. Sepucuk surat sakura. senyum mengembang di bibir Re setalh membaca lirik dalam surat itu. Plong. Za pun bahagia karena untaian kata permintaan maaf nya berhasil membuat Re tersenyum untuknya lagi.

"Assalamualaykum, Paagi De, Sudah lama nunggunya ?"

Re tersenyum. Terlihat satu hal berbeda. Sososk cantik itu lebih dari indah hari ini. Jilbab Re terlihat lebih lebar dari sebelumnya. Bukan lagi jilbab musim panas ataupun jilbab gaul yang instan. Hmmm mungkin karena banyak ikut kajian dikampus.

"Wa'alaykumusalam, nggak akhy. Re juga baru sampe kok".

Aneh. Ada keteduhan diwajah Re. Jadi semkin enak dipandang deh.

"Yuuk berangkat. Keburu banyak orang lho De".

Re mengangguk dan langsung duduk di jok motor Za. Tak lupa slayer kembar warna hitam menutupi wajah keduanya. Namun sedari tadi ada saja keanehan yang terjadi. Re tak lagi mencium kedua tangan Za dan tangan Re berpegangan di jok motor ditambah ransel yang menghalangi keduanya.

"Antum nggak capek ?".

Kalimat Re terdengar janggal.

"Maksudnya apa De ?"
"Selama tiga tahun kita tu kucing-kucingna ma semua orang....... Kita pendusta dan munafik Akh...".
"De...".

Ada sesuatu yang tertahan. Za kembali memasuki gemuruh dunia keraguan. Bingung. Tiba-tiba ada segumpal sesak yang menyumbat nafas. Ya, ada kemelut yang sama dalam hati Re. Berkembang dan terus menjalar.

Motor Za berjalan sedang. Menyusuri jalan Sudirman hingga Gejayan. Jogja memang kota yang tidak pernah tidur. Jalanan yang begitu ramai dan aktifitas yang tiada henti.
Lain halnya dengan Za dan Re. Mereka dalam kebisuan. Berfikir. Dan, entah kemana mereka kembarakan galau hati.

..................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar